Peran Puspas Dalam Mendukung Wisudawan Beprestasi
Peran Puspas Dalam Mendukung Wisudawan Berprestasi
PUSPAS UNAIR – Wisuda merupakan momen yang dinanti-nantikan oleh mahasiswa yang telah berhasil
menempuh pendidikannya. Momen wisuda di kalangan akademik merupakan sebuah penanda kelulusan
bagi mahasiswa yang telah menempuh masa belajar pada suatu universitas.
Pusat Pengembangan Dana Sosial (PUSPAS) Universitas Airlangga (UNAIR) mendukung para wisudawan
berprestasi dan para mahasiswa yang berprestasi melalui program beasiswa atau bantuan dana
pendidikan. Gery Lusiano Firmansyah salah satu mahasiswa penerima bantuan pendidikan dari PUSPAS
UNAIR, dia merupakan mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) yang berhasil menyandang predikat
sebagai wisudawan terbaik yang lulus dengan IPK 4.0.
“Saat itu, saya diarahkan oleh kakak tingkat bahwa inilo ada lembaga yang bisa membantu kita untuk
mendapatkan beasiswa, entah itu ke luar negeri atau pun beasiswa perkuliahan,” kata Gery dalam salah
satu momen wawancara.
PUSPAS sendiri memberikan beasiswa kepada Gery, bukan semata-mata hanya karena Gery pintar, tetapi
juga karena perannya dalam mendukung SDG’S nomor 4, yakni Quality Education melalui keaktifannya
dalam berorganisasi dan berprestasi hingga kancah Internasional.
Tercatat, Gery juga merupakan salah satu delegasi mahasiswa dari Indonesia yang pernah menghadiri
acara International Social Bussiness Summer Program di Daffodil International University Bangladesh.
Gery sendiri berangkat ke Bangladesh bersama beberapa mahasiswa lain dari UNAIR, dan juga bersama
Ketua PUSPAS, Dr. Wisudanto S.E., M.M., CFP., ASPM, dan beberapa rekan lainnya melalui bantuan dana
PUSPAS.
“Saat itu, saya terpilih sebagai salah satu delegasi dari FEB untuk berangkat ke Bangladesh. Disana, kami
itu belajar tentang bagaimana social bussiness mampu memecahkan permasalahan di lingkungan,” ujar
Gery.
“Selain itu, disana kami juga dilibatkan ke dalam sebuah perlombaan yang mengharuskan kami memiliki
ide bisnis yang berkorelasi dengan social. Nah, saat itu, saya dan tim mengidekan bank sampah,”
imbuhnya.
Perjalanan masa kuliah Gery tidak terlepas dari yang namanya perjuangan. Gery juga menceritakan bahwa
dia menempuh perjalanan sejauh 2,5 km untuk sampai ke kampus dengan berjalan kaki. “Jadi, selama
saya berkuliah, kos saya itu dekat dengan stasiun gubeng. Karena, pada saat awal perkuliahan itu saya
harus berhemat, saya pun berjalan kaki untuk sampai di kampus,” ungkapnya.
“Tetapi, walaupun saya berasal dari keluarga yang biasa-biasa saja dalam hal ekonomi, dan sempat minder
juga pada awalnya, itu tidak lantas menyurutkan semangat saya untuk tetap aktif sebagai mahasiswa.”
Sehingga, melalui kisah Gery, kita dapat belajar bahwa keterbatasan bukanlah sebuah halangan untuk
bisa berkembang. Bagaimana perjuangan Gery di awal pada akhirnya memberikan hasil yang manis di
akhir masa perkuliahannya sampai dia dinobatkan sebagai wisudawan terbaik.
“Karena, saat ini masalah ekonomi bukanlah hak yang menghambat kita untuk maju. Toh, ada banyak
layanan penyedia beasiswa dan bantuan dana pendidikan, seperti contohnya PUSPAS,” pungkas Gery.
Penulis: Zahwa E. Bella